Togel—sebuah permainan angka yang banyak digemari di Indonesia—telah lama menjadi bagian dari perbincangan masyarakat, baik sebagai hiburan maupun sebagai isu sosial. Meskipun dimainkan secara sembunyi-sembunyi karena statusnya yang ilegal di Indonesia, popularitas togel tak pernah surut. Dalam beberapa tahun terakhir, peran media dalam memberitakan praktik togel, khususnya yang berkaitan dengan kriminalitas, semakin signifikan. Tapi, apakah pemberitaan ini membentuk opini publik secara objektif, atau justru memperkuat stigma tertentu?
Mari kita lihat lebih dalam bagaimana media membingkai isu togel dalam pemberitaan kriminal, dan bagaimana hal tersebut memengaruhi cara masyarakat memandang togel secara keseluruhan.
Media dan Peran Sentral dalam Informasi Publik
Media massa, baik cetak maupun digital, memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi masyarakat. Apa yang disampaikan media, cara penyampaiannya, serta narasi yang digunakan, bisa memengaruhi sikap dan pendapat publik terhadap suatu topik—tak terkecuali togel.
Ketika sebuah penggerebekan lokasi perjudian terjadi, atau aparat berhasil menangkap bandar togel besar, media biasanya menyorot kasus tersebut dengan tajuk sensasional: “Polisi Bongkar Sindikat Togel Jaringan Antarprovinsi” atau “Ibu Rumah Tangga Jadi Korban Judi Togel Online.” Pemberitaan seperti ini tentu menarik perhatian pembaca, tetapi secara tidak langsung juga menyisipkan pesan tertentu: togel identik dengan kriminalitas, kemiskinan, dan penyimpangan sosial.
Framing Berita: Antara Fakta dan Stigma
Dalam teori komunikasi massa, dikenal istilah framing—yaitu cara media membingkai suatu informasi untuk membentuk sudut pandang tertentu. Dalam konteks togel, framing yang sering digunakan oleh media lokal cenderung menempatkan togel sebagai kejahatan moral. Pemain togel dianggap lemah iman, malas bekerja, atau bahkan tidak bertanggung jawab terhadap keluarga.
Contoh kasus: ketika media melaporkan seorang buruh harian yang ditangkap karena terlibat dalam praktik togel, narasi yang diangkat seringkali menyalahkan pelaku secara personal, tanpa menyentuh faktor-faktor struktural seperti tekanan ekonomi, kurangnya akses hiburan murah, atau minimnya edukasi finansial. Hasilnya, masyarakat terprogram untuk melihat togel semata-mata sebagai akar masalah, bukan sebagai gejala dari permasalahan yang lebih kompleks.
Dampak Pemberitaan Kriminal Togel terhadap Opini Publik
Pemberitaan yang terus-menerus mengaitkan togel dengan kriminalitas lambat laun membentuk opini publik yang cenderung hitam-putih. Banyak orang kemudian melihat togel bukan sekadar permainan atau kebiasaan, tetapi sebagai simbol dari kemunduran moral dan sosial. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu.
Masyarakat menjadi mudah menghakimi pemain togel tanpa memahami konteks sosialnya. Bahkan, ada kalanya publik menggeneralisasi seluruh pelaku—baik pemain, pengecer, maupun operator—sebagai pelaku kriminal kelas bawah. Dalam jangka panjang, ini menciptakan stigma sosial terhadap orang-orang yang pernah terlibat dalam dunia togel, bahkan ketika mereka sudah tidak aktif bermain lagi.
Perlu Ada Narasi Alternatif dan Edukatif
Bukan berarti media harus membela togel atau melegitimasi perjudian. Namun, akan lebih bermanfaat jika pemberitaan tentang togel dilengkapi dengan pendekatan yang lebih edukatif. Misalnya, alih-alih hanya memberitakan penggerebekan, media bisa menyisipkan informasi tentang risiko kecanduan judi, pentingnya literasi finansial, atau bahkan menyediakan ruang diskusi tentang regulasi perjudian yang sehat.
Selain itu, media juga dapat menghadirkan suara dari para pemain atau mantan pemain togel untuk memberikan perspektif lain. Banyak di antara mereka yang sebenarnya bukan “penjahat”, melainkan orang-orang biasa yang mencoba mencari peluang di tengah keterbatasan ekonomi. Dengan membuka ruang untuk narasi alternatif, publik bisa memiliki pandangan yang lebih luas dan manusiawi terhadap isu togel.
Tantangan Media di Era Digital
Di era digital seperti sekarang, persaingan media sangat ketat. Klik, trafik, dan viralitas sering kali menjadi prioritas utama dibanding kedalaman isi. Ini menyebabkan banyak media memilih pendekatan sensasional dalam menyampaikan berita kriminal, termasuk terkait togel. Judul yang provokatif memang mendatangkan pembaca, tetapi bisa berujung pada penyederhanaan isu.
Penting bagi media untuk menyeimbangkan antara kebutuhan akan atensi dan tanggung jawab jurnalistik. Isu seperti togel perlu dibahas tidak hanya sebagai masalah kriminal, tetapi juga dari aspek budaya, ekonomi, dan psikologis.
Kesimpulan
Togel dalam pemberitaan media sering kali dibingkai sebagai aktivitas kriminal dan penyimpangan sosial. Meski tidak sepenuhnya salah, pendekatan ini kadang terlalu sempit dan menciptakan stigma negatif di tengah masyarakat. Media memiliki kekuatan besar dalam membentuk opini publik, dan karenanya memiliki tanggung jawab untuk menyajikan informasi secara seimbang dan edukatif.
Sebagai pembaca, kita juga dituntut untuk lebih kritis dalam menyikapi pemberitaan seputar togel. Jangan langsung menghakimi, tetapi cobalah melihat dari berbagai sisi. Karena di balik angka-angka yang dipasang dalam togel, ada cerita manusia, harapan, tekanan hidup, dan dinamika sosial yang sering kali luput dari perhatian.
Akhir kata, media dan publik harus sama-sama berperan dalam menciptakan wacana yang lebih sehat dan adil. Bukan untuk mengagungkan togel, tapi agar kita bisa memahami fenomena ini secara lebih jernih—bukan hanya dari sisi hukum, tapi juga dari sisi kemanusiaan.